Jakarta (ANTARA) – Pulau Nusakambangan yang terletak di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, bukan sekadar sebuah pulau biasa. Di balik keindahan alamnya yang masih alami, pulau ini menyimpan kisah-kisah kelam dan menyeramkan sebagai rumah bagi para narapidana kelas kakap yang telah melakukan kejahatan besar.
Sejak berdirinya pada tahun 1908, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Nusakambangan menjadi simbol dari hukuman dan pengasingan bagi mereka yang dianggap sebagai ancaman terbesar bagi masyarakat.
Penjara dengan keamanan super ketat
Dijuluki sebagai “Pulau Kematian”, Nusakambangan bukan hanya tempat penahanan, tetapi juga lokasi eksekusi bagi para terpidana mati. Keamanan di dalam Lapas ini sangat ketat, dengan beberapa sel yang dilengkapi sistem pengamanan maksimal.
Tak hanya itu, pulau ini dijaga oleh pasukan bersenjata lengkap untuk memastikan tidak ada pelarian maupun gangguan dari luar.
Baca juga: Menkumham targetkan lapas baru di Nusakambangan rampung pada 2025
Bahkan, ada sel isolasi khusus yang diperuntukkan bagi narapidana dengan tingkat risiko tinggi. Tidak sembarang orang bisa memasuki kawasan ini.
Masyarakat sipil dilarang keras mengakses pulau ini kecuali dengan surat izin khusus. Pulau ini benar-benar menjadi dunia tersendiri yang terisolasi dari kehidupan normal.
Penjara kelas kakap
Narapidana yang mendekam di Nusakambangan bukanlah kriminal biasa. Di sini, terdapat pelaku pembunuhan berantai, bandar narkoba internasional, hingga teroris yang telah mengancam keamanan negara.
Beberapa nama terkenal yang pernah mendekam di Nusakambangan di antaranya adalah Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudra, otak di balik Bom Bali. Selain itu, ada pula Umar Patek, terpidana kasus terorisme, serta Andrew Chan dan Myuran Sukumaran dari Bali Nine yang dieksekusi mati di pulau ini.
Tak hanya pelaku kriminal kekerasan, beberapa figur terkenal lainnya seperti Tommy Soeharto, yang terlibat dalam pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita, dan Pramoedya Ananta Toer, sastrawan yang dituding terlibat dalam Partai Komunis Indonesia (PKI), juga pernah merasakan kehidupan mencekam di balik jeruji besi Nusakambangan.
Baca juga: Sebanyak 48 napi berisiko tinggi dari Jatim dipindah ke Nusakambangan
Nirbaya: Bukit eksekusi yang mengerikan
Salah satu tempat paling menyeramkan di Nusakambangan adalah Bukit Nirbaya, lokasi eksekusi mati para terpidana yang telah divonis hukuman tertinggi.
Di tempat inilah banyak nyawa terputus dalam gelapnya malam, diiringi suara tembakan regu eksekusi. Bukit ini menjadi saksi bisu dari akhir perjalanan para narapidana yang tak lagi memiliki harapan. Tidak heran jika aura mistis dan ketegangan selalu menyelimuti tempat ini.
Sejarah kelam Penjara Nusakambangan
Penjara di Nusakambangan memiliki sejarah panjang sejak era kolonial Belanda. Pada tahun 1905, pulau ini dinyatakan sebagai kawasan terlarang oleh Belanda dan dijadikan sebagai lokasi pengasingan bagi para penjahat kelas berat.
Pada pertengahan tahun 1920-an, pemerintah kolonial membangun berbagai penjara di pulau ini untuk menahan para pelaku kriminal berbahaya.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Nusakambangan tetap difungsikan sebagai tempat penahanan bagi mereka yang dianggap sebagai ancaman besar bagi negara.
Pada era pemerintahan Presiden Soeharto, pulau ini menjadi lokasi penahanan bagi ratusan tahanan politik, khususnya mereka yang diduga terkait dengan PKI.
Banyak dari mereka tidak pernah diadili secara resmi dan harus bertahan dalam kondisi yang sangat buruk, hingga akhirnya meninggal karena kelaparan atau sakit.
Baca juga: Menteri Agus optimis Nusakambangan jadi kekuatan baru ketahanan pangan
Untuk mencapai pulau ini, seseorang harus menyeberang dari Pelabuhan Sodong di Nusakambangan menuju Pelabuhan Wijayapura di Cilacap.
Penyeberangan ini dilakukan menggunakan kapal feri khusus yang diawaki oleh petugas pemasyarakatan. Transportasi ini hanya diperuntukkan bagi pemindahan narapidana dan kebutuhan pegawai Lapas beserta keluarganya.
Selain sebagai pulau penjara, Nusakambangan juga memiliki status sebagai cagar alam. Pulau ini dulunya memiliki banyak pohon langka seperti kayu plahlar (Dipterocarpus litoralis), tetapi sayangnya, aktivitas penebangan liar telah mengancam ekosistem pulau tersebut. Saat ini, yang tersisa sebagian besar adalah tumbuhan perdu, nipah, dan belukar.
Bagi siapa pun yang pernah mendengar nama Nusakambangan, kesan yang muncul pasti adalah ketakutan dan misteri. Pulau ini tidak hanya menjadi tempat pemenjaraan bagi penjahat kelas berat, tetapi juga menyimpan berbagai kisah kelam yang sulit dihapus dari sejarah Indonesia.
Melalui keamanan super ketat, keberadaan sel isolasi khusus, serta Bukit Nirbaya yang menjadi saksi bisu eksekusi mati, Nusakambangan tetap menjadi penjara paling mencekam di Indonesia.
Di balik tembok-tembok tebalnya, berbagai kisah tragis terus bergulir. Para narapidana yang mendekam di sini menjalani hari-hari mereka dalam ketidakpastian, menunggu vonis akhir yang akan menentukan nasib mereka. Sebuah tempat yang tak hanya menahan tubuh, tetapi juga membelenggu jiwa mereka yang ada di dalamnya.
Baca juga: Menko Yusril: Reynhard Sinaga kemungkinan ditempatkan di Nusakambangan
Baca juga: Cek fakta, Harvey Moeis dijatuhi hukuman mati di Nusakambangan
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025