Trader kawakan Peter Brandt memperkirakan adanya potensi penurunan harga Bitcoin ke bawah US$40.000. Brandt dikenal luas karena menggunakan pendekatan Bayesian Probability Theory (Teori Probabilitas Bayesian) dalam analisis pasarnya.
Metodologi Brandt ini melibatkan revisi probabilitas terjadinya peristiwa berdasarkan data baru yang muncul. Pendekatan ini merupakan bagian inti dari Teori Probabilitas Bayesian, yang membantu investor menyesuaikan prediksi mereka berdasarkan informasi yang senantiasa berubah.
Peter Brandt: Ada 65% Peluang Bitcoin Ambruk ke Bawah US$40.000
Brandt, yang mulai menekuni dunia trading Bitcoin sejak 2016 silam, mulanya memperkirakan ada 50% peluang Bitcoin mencapai angka US$100.000. Di sisi lain, ia juga berpikir Bitcoin bisa saja gagal, mirip seperti “Pet Rock” versi modern.
Namun, seiring berjalannya waktu, perspektif Brandt pun berubah. Perubahan ini sedikit banyak terpengaruh oleh alat analisis teknikal yang ia kembangkan sendiri.
Sebagai contoh, pada awal Juni lalu, Brandt membuat prediksi bahwa ada 50% probabilitas Bitcoin bisa turun ke US$30.000. Pun ada peluang yang sama untuk Bitcoin melesat naik ke US$140.000. Namun, proyeksi terkininya telah berubah, menjadi:
- 65% peluang Bitcoin jatuh ke bawah US$40.000
- 20% peluang Bitcoin mencapai US$80.000
- 15% peluang Bitcoin mencapai US$130.000 pada September 2025
Sementara itu, analis Bernstein, Gautam Chhugani, menyoroti dampak dari pemilihan presiden AS mendatang terhadap harga Bitcoin. Menurutnya, hasil pemilu—apakah Donald Trump atau Kamala Harris yang menang—dapat berdampak besar pada arah masa depan Bitcoin.
“Kami memprediksi perbedaan besar antara kedua skenario politik ini. Jika Trump menang, kami meramal Bitcoin akan mencapai rekor tertinggi baru, di kisaran US$80.000 hingga US$90.000 pada kuartal IV. Namun, jika Harris terpilih, Bitcoin kemungkinan akan tergelincir ke bawah level US$50.000 dan menguji kisaran US$30.000 hingga US$40.000,” jelas Chhugani.
Adapun tahun ini, Bitcoin terpantau betah berfluktuasi di kitaran US$55.000 – US$70.000, usai mencapai puncaknya Maret lalu. Saat ini, Bitcoin nangkring di kisaran US$56.500, atau sudah naik sekitar 3% dalam 24 jam terakhir.
Tak dimungkiri, nasib harga Bitcoin ke depan sepertinya sangat bergantung pada hasil pemilu AS yang dijadwalkan pada 5 November mendatang. Lebih jauh lagi, iklim politik yang lebih luas, terutama pandangan politisi AS terhadap kripto, juga sangat memengaruhi tren ini.
Standard Chartered memproyeksikan Bitcoin bisa melesat naik hingga ke level US$150.000 jika Trump, yang terkenal sebagai pendukung kripto, kembali terpilih. Di sisi lain, kebijakan Partai Demokrat, khususnya yang mendapat campur tangan Senator Elizabeth Warren dan Ketua SEC Gary Gensler, dipandang kurang menguntungkan bagi industri kripto.
Oleh karena itu, Chhugani menekankan implikasi yang lebih luas dari lingkungan regulasi yang mendukung untuk aset kripto.
“Hasil pemilu yang ramah kripto serta lanskap regulasi yang positif belum dimasukkan ke dalam perhitungan. Lingkungan regulasi yang mendukung akan menghilangkan risiko kebijakan bagi institusi keuangan dan bank untuk berpartisipasi, sehingga melenyapkan hambatan bagi aset digital untuk bersaing dengan aset tradisional dalam arus investasi institusional,” tutur Chhugani.
Bagaimana pendapat Anda tentang prediksi bearish Peter Brandt dan analis Bernstein mengenai harga Bitcoin (BTC) ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter BeInCrypto Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.