Benarkah Protein Telur Setengah Matang Lebih Sulit Dicerna Tubuh? Ini Faktanya



loading…

Telur merupakan salah satu sumber protein hewani favorit masyarakat Indonesia. Selain kaya gizi, telur juga dinilai murah, praktis, dan mudah diolah menjadi berbagai menu masakan. Foto/iStock

JAKARTA – Telur merupakan salah satu sumber protein hewani favorit masyarakat Indonesia. Selain kaya gizi, telur juga dinilai murah, praktis, dan mudah diolah menjadi berbagai menu masakan.

Selain kerap disajikan secara matang, ada juga beberapa orang yang lebih suka mengonsumsi telur dalam keadaan setengah matang. Selain diyakini dapat menambah stamina, mengonsumsi telur setengah matang juga memberikan cita rasa dan tekstur yang lebih ‘creamy’.

Namun, selain dianggap dapat meningkatkan risiko terinfeksi bakteri Salmonella, kandungan protein pada telur setengah matang disebut-sebut lebih susah diserap oleh tubuh. Benarkah demikian? Berikut ulasannya, melansir dari beberapa sumber, Minggu (26/5/2024).

Sebenarnya, kandungan gizi telur matang tidak jauh berbeda dengan telur mentah. Proses memasak memang dapat mengurangi kandungan nutrisi dalam telur seperti vitamin A, vitamin B, fosfor, kalium, dan antioksidan. Namun, proses memasak telur tidak membuat kandungan nutrisi tersebut banyak berkurang, sehingga nilai gizi pada telur matang tetap tinggi.

Sebaliknya, makan telur mentah justru mempengaruhi penyerapan protein oleh tubuh. Bahkan, sebuah studi menemukan bahwa protein pada telur matang mampu diserap tubuh sebanyak 90 persen dibandingkan protein pada telur mentah yang hanya terserap 50 persen.

Pasalnya, dalam proses memasak, suhu panas mengubah struktur protein pada telur sehingga lebih mudah dicerna tubuh. Agar telur tidak kehilangan banyak nutrisi, hindari memasak telur terlalu lama dengan suhu tinggi. Masaklah dengan api sedang selama beberapa menit, lalu hidangkan begitu telur terlihat matang.

Bagi yang mencari sumber makanan tinggi protein, telur tentu menjadi salah satu kandidat. Alasannya karena telur mengandung 9 asam amino esensial yang membuatnya disebut sebagai sumber protein komplet.

Nah, mengonsumsi telur mentah bisa mengurangi penyerapan protein berkualitas itu. Seperti yang disebutkan sebelumnya, sebuah studi membandingkan penyerapan protein dari telur matang dan mentah pada 5 orang. Hasilnya, 90 persen protein dari telur matang terserap, namun hanya 50 persen dari telur mentah. Artinya, tubuh lebih mudah mencerna protein dari telur matang.

Bahkan, tak hanya protein, penyerapan kandungan biotin pada telur setengah matang juga cenderung jauh lebih sulit dibandingkan telur matang. Seperti diketahui, telur juga mengandung biotin, jenis vitamin B7 yang larut air. Fungsinya untuk produksi glukosa dan asam lemak, juga penting bagi ibu hamil.

Kuning telur mengandung biotin, sementara putih telurnya mengandung protein yang disebut avidin. Sayang, putih telur mentah justru mengikat biotin di usus. Akibatnya, penyerapannya menjadi kurang maksimal. Hal ini tidak terjadi pada telur matang karena panas saat proses pemasakan menghancurkan avidin.

Namun, bukan berarti bahaya makan telur mentah akan langsung membuat Anda kekurangan biotin. Perlu telur dalam jumlah sangat banyak, setidaknya 12 butir per hari, dan dalam jangka waktu lama untuk bisa menyebabkan seseorang mengalami defisiensi biotin.

(tsa)



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *