loading…
Pekerjaan di beberapa industri atau lingkungan kerja tertentu dapat meningkatkan risiko terkena asma. Terutama jika terpapar bahan-bahan yang memicu reaksi. Foto/Mamamia
Firma hukum Inggris Simpson Millar berbagi tentang bagaimana profesi tertentu mempunyai risiko tinggi terkena asma akibat kerja. Yaitu ketika zat-zat di tempat kerja menyebabkan penyakit paru-paru kronis.
Sebuah penelitian di Brasil pada 2021 memperkirakan bahwa 16 persen orang yang mengidap asma saat dewasa menderita asma akibat kerja. Sementara prevalensi asma yang diperburuk oleh pekerjaan adalah 21,5 persen.
Dilansir dari New York Post, Sabtu (11/5/2024), penata rambut, misalnya, terkontaminasi bahan kimia seperti garam persulfat, yang ditemukan dalam pemutih rambut.
Penelitian pada 2022 menetapkan bahwa penata rambut menghadapi risiko 20 kali lipat lebih tinggi terkena gejala pernapasan akibat paparan persulfat. Senyawa kimia tersebut adalah penyebab utama rinitis dan asma akibat kerja pada penata rambut dan salah satu penyebab utama asma akibat kerja di beberapa negara Eropa.
Rhinitis adalah peradangan pada hidung. Gejala kondisi ini biasanya meliputi hidung tersumbat, bersin, pilek, dan gatal-gatal. Sementara itu, orang yang bekerja dengan hewan peliharaannya berisiko mengalami batuk, sesak napas, dan mengi karena terpapar lebih banyak debu dan bulu serta menjadi sensitif terhadapnya.
Musim demam, yang bervariasi berdasarkan wilayah geografis, dapat meringankan gejala dan sensitivitas hidung. Di NYC, musim alergi dapat dimulai pada akhir Februari atau awal Maret dan berakhir pada akhir Oktober dengan tingkat serbuk sari sering kali mencapai puncaknya pada minggu pertama bulan Mei.
Sementara itu, Badan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di AS mempunyai pedoman asma akibat kerja yang agar pengusaha melatih pekerjanya dalam menangani bahan kimia dengan aman dan menyediakan alat pelindung diri. Seperti masker dan respirator, serta persyaratan lainnya.